Sabtu, 10 November 2012

MENGEMBANGKAN MINAT BACA NTT DENGAN KOMUNITAS PENULIS


MENGEMBANGKAN MINAT BACA NTT DENGAN KOMUNITAS PENULIS

Penulis : La Dawan Piazza

Setelah sekian lama saya vakum mengisi dan mengupdate blog ini, karena ketiadaan waktu untuk menulis event-event tentang kepenulisan di Komunitas Penulis Kupang bukan disebabkan oleh faktor kemalasan karena memang tidak ada bahan untuk di tulis akibat kurangnya pertemuan yang diadakan untuk membuat sebuah event khusus penulis dan sastrawan.

Sebenarnya saya bukan orang asli Kupang, saya datang dari Makassar pada tanggal 5 Januari 2012 untuk mengadu nasib dan mencari rejeki di kota ini. Berbulan-bulan saya selalu mencari kata kunci di google “Komunitas Penulis Kupang” tapi saya tidak menemukan satu pun artikel atau blog yang membahas tentang komunitas penulis dan sastrawan di Kota Kupang. Saya hanya mendapatkan artikel dari situs berita lokal NTT yang intinya mengatakan Minat Baca Orang NTT sangat rendah, dengan segala keterbatasan dan keterpaksaan saya merubah nama blog lama saya menjadi Komunitas Penulis Kupang. Agar memudahkan para peminat sastra di NTT untuk menemukan kata kunci ini di google.

Saya miris dan awalnya saya agak kecewa datang ke kota ini, berarti saya tidak bisa mengembangkan cita-cita saya sebagai penulis. Karena niat awal saya datang ke kota ini karena ingin membuka kios sekaligus menjual Koran dan novel, biar saya juga bisa membaca dan menulis novel karya sendiri. Tapi karena melihat rendahnya minat baca di NTT sempat membuat semangat menulis saya down ke level terbawah. Namun saya menyadari bahwa saya harus mengembangkan minat baca orang NTT dengan berjualan Koran dengan menanggung apa pun resikonya, misalnya Koran tidak laku.

Walaupun minat baca orang asli NTT kurang atau yang dikenal dengan nama Suku Timor, tapi Alhamdulillah Koran dan majalah yang saya jual ada juga yang beli terutama sesama warga pendatang yang hobby membaca, dan beberapa anak SMA yang hobby membaca novel. Tapi yang paling laris di kios saya adalah majalah bertema Boy Band, walaupun harganya lebih mahal di banding majalah lainnya ternyata banyak juga peminatnya.

Baru pada bulan Maret 2012 saya search di google lagi kata kunci “Blogger NTT”, akhirnya saya menemukan sebuah komunitas blogger NTT yang aktif mengadakan pertemuan sesama blogger NTT yang tergabung dalam FLOBAMORA COMMUNITY. Tapi setelah saya tanyakan di mana lokasi pertemuannya ternyata di Kota Ende, sebuah Kabupaten yang jauh dari Kota Kupang karena harus menyeberang menggunakan pesawat dan kapal laut. Lagi-lagi aku dirudung kecewa karena tak bisa menemukan sebuah komunitas penulis di Kota Kupang tempat saya berada. Dalam hati saya bertanya masa’ Ibu Kota Provinsi tak ada satu pun komunitas sastrawannya, karena setahu saya hampir di seluruh kota di Indonesia pasti ada komunitas seni walaupun jumlahnya sangat sedikit.

Akhirnya bulan Mei 2012 tak sangka aku menemukan sebuah Komunitas Sastra di Facebook yang bernama DUSUN FLOBAMORA, aku add dan aku bergabung dengan komunitas ini untuk mengetahui seberapa produktif kah para anggotanya menghasilkan karya-karya. Ternyata minim juga anggota yang aktif dalam pertemuan tidak kurang dari 15 penulis saja yang aktif menerbitkan karya melalui Jurnal Santarang. Awalnya saya mengira Jurnal ini di cetak di So’e karena saya baca artikelnya dari salah satu pengurusnya kebanyakan bersetting di So’e (Sebuah ibukota Kabupaten Timor Tengah Selatan).

Waktu telah berlalu dan pada awal bulan Oktober 2012 saya mengetahui bakal ada pertemuan penulis Dusun Flobamora di SMA Giovanni Kupang dan saya dipanggil oleh salah seorang anggota Dusun Flobamora untuk menghadiri acara tersebut. Tapi karena saya tidak lihat di mana letak SMA Giovanni akhirnya saya tidak jadi dating ke acara tersebut, padahal acara ini adalah acara bergengsi karena di datangi oleh Event Satelite salah satu penyelenggara Ubud and Writer Festival 2012, di mana salah satu sastrawan NTT bernama Romo Amanche Frank menjadi salah satu peserta terheboh di acara tersebut.

Perlu anda ketahu Romo Amanche Frank ini adalah salah satu pencipta dan penyanyi lagu Adik Menangis 1 Malam yang sekarang ini lagi booming di Bumi Flobamora NTT dari kalangan orang Timor, karena lirik lagunya yang lucu dan kocak. Membuat saya yang tidak terlalu mengerti Bahasa Dawan juga ikut tertawa terpingkal-pingkal karena cara penyampaian bahasanya yang mirip orang mabuk.

Saya mendapatkan copy lagu ini dari para sopir oto bemo yang datang ke kios minta copy lagu DJ dan lagu rapper terbaru, karena dari dulu saya adalah penggemar music Hip-Hop/ Rapper makanya banyak koleksi lagu rap di Komputer hasil dari berburu lagu indie di dunia maya. Download gratisan soalnya penyanyi juga masih indie dan dia sendiri yang mengupload lagu-lagunya di dunia maya.

Saya baru gabung pertama kali dengan para penulis Dusun Flobamora yang mengadakan pertemuan pada hari Jumat, 9 November 2012 di Aula Keuskupan Agung Kota Kupang (Depan Taman Nostalgia) dengan mendatangka Mas Wing Sentot Irawan, aktivis Lingkungan Hidup dari Mataram yang aktif menkampanyekan Save To Earth yang menentang penebangan hutan di Indonesia dengan cara bersepeda keliling Asia Tenggara seorang diri. Ia juga melakukan musikalisasi dan pembacaan puisi untuk mengkritik penambangan yang marak terjadi di NTT demi menyelamatkan hutan cendana dan pohon lontar dari kemusnahan.

 Musikalisasi dan pembacaan Puisi oleh Mas Sentot Irawan

 Suasan Peserta Temu sastra Dusun Flobamora

Pembacaan Puisi oleh Mario F. Lawi (Peserta PPN IV Jambi Desember 2012)

Mas Wing dan Romo Amanche Frank





 Artis dadakan Jonario Gaonzalo dan Djho Izmail


 Yang ini gue bersama Mas Wing Irawan



(La Dawan Piazza adalah nama pena dari Muhammad Ridwan dan Dawan adalah nama panggilan saya sejak kecil.)

2 komentar:

  1. salut dengan komitmen Bung Dawan! Mari kita tingkatkan minat beraksara orang Timor

    BalasHapus
  2. Slmat siang Bapak Dawan.. saya ingin bertanya. Adakah penulis Majalah Remaja di kota Kupang ini?? Mohon balasannya.. Terimakasih.

    BalasHapus